Coretan Mantan Staf (ODOP-16)
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata ‘wanita’?
Cantik, menarik, lemah lembut, sabar.
Itu saja?
Sosok seorang istri, ibu.
Ada yang lain?
Itu saja dulu. Memangnya kenapa?
Nggak. Soalnya kalau membicarakan tentang wanita pasti nggak ada habisnya.
Iya. Memang. Ada sebuah peribahasa bahwa bangkit atau ambruknya negara itu tergantung kepada wanita. Kalau wanitanya bejat, bejatlah negara itu.
Yup, Anda betul.
Saya ingin menyampaikan bahwa wanita itu memiliki potensi. Lebih tepatnya potensi kehidupan.
Apa saja itu?
Wanita, seperti halnya pria, memiliki potensi kehidupan. Sebagai manusia, wanita memiliki potensi naluri dan kebutuhan jasmani. Nalurinya yang pertama adalah naluri beragama. Mengkultuskan sesuatu. Memerlukan sesuatu yang agung untuk disembah yaitu Sang Pencipta, tidak lain adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyaluran naluri beragama ini tidak akan mungkin dipungkiri. Jika penyalurannya benar akan bisa membentuk sebuah ketundukan dan ketakwaan pada diri seseorang.
Gimana dengan orang-orang atheis itu? Mereka tidak mengakui adanya Tuhan. Mereka yakin bahwa mereka berasal dari materi dan akan kembali kepada materi, an sich. Tuhan itu tidak ada buat mereka. Gimana itu?
Ah, mereka itu ‘kurang pintar’. Mana mungkin Tuhan itu tidak ada. Adanya sesuatu pasti ada yang membuat. Ada yang menciptakan. Adanya gadget canggih seperti i-phone, i-pad atau yang jauh lebih canggih dari itu pasti ada yang membuatnya. Tidak mungkin ada dengan sendirinya. Pasti ada produsennya. Itu contoh barang. Kalau bicara soal kejadian sehari-hari, contoh kecil saja lah. Anda bisa kentut kan?
Iya bisa lah. Jangan jorok gitu deh…
Bukan begitu, maksud saya, kentut itu baunya nggak enak kan. Kecuali kalau bau kentutnya penghuni surga itu baru baunya harum ya. Hehe. Maksud saya begini, bau kentut itu menunjukkan bahwa ada orang yang kentut kan?! Tapi kita nggak tahu persis apakah orang yang kentut itu jenis kelaminnya apa. Nah di situlah keterbatasan akal manusia. Akal kita itu hanya bisa untuk memikirkan bahwa Pencipta itu ada. Bahwa Tuhan itu ada. Allah itu ada. Tapi tentang bagaimana wujud Allah dan dzat-Nya, kita tidak bisa menjangkaunya. Akal kita lemah. Makanya ada Al Qur’an dan Hadits yang bisa menjelaskan itu semua. Okelah kita nanti akan diskusikan hal ini lebih lanjut insyaallah di kesempatan lain ya.
Terus..terus..??
Saya bilang di kesempatan lain saja.
Wah, sayang sekali. Padahal topik tadi sangat menarik bagi saya. Karena saya juga pernah debat dengan kenalan saya soal itu. It’s okelah. Lanjut…
Baiklah, saya lanjutkan. Naluri wanita yang kedua adalah naluri kasih sayang kepada sesama. Sayang kepada manusia dan juga makhluk yang lain. Lebih spesifik tentang kasih sayang antarmanusia (cinta, red), wanita ‘cenderung’ kepada lawan jenis. Itu adalah fitrahnya sebagai manusia. Wanita perlu menikah dengan lawan jenis untuk meneruskan garis keturunannya.
Lawan jenis ya? Lalu gimana dengan lesbi?
Jelas itu menyalahi fitrah. Wanita fitrahnya ‘cenderung’ kepada pria. Itu sudah kaidahnya. Para lesbian jelas menyalahi kodrat penciptaan wanita itu sendiri. Allah menciptakan wanita itu ada pasangannya, yaitu pria, dalam rangka untuk melanjutkan keturunan. Agar memiliki anak dan generasi penerus. Nah, secara fitrah biologis saja, mana mungkin sesama wanita menikah dan mampu memiliki anak nantinya?!
Iya ya, nggak mungkin juga. Lalu gimana kalau mereka tetap menjadi seorang lesbian? Dan mereka menganggap bahwa takdir mereka adalah menjadi lesbian.
Wah, celaka tujuh turunan itu. Itu berarti mereka menyalahi kehendak Tuhan, menyelisihi Allah. Allah itu bukan hanya menciptakan manusia, tapi juga lengkap dengan aturannya bukan?! Kalau para wanita lesbi itu tetap ngeyel, sudah pasti akan merusak kaidah penciptaan diri mereka sendiri. Akibatnya, keturunan manusia akan rusak. Generasi manusia bisa musnah. Kan tadi kita sudah bahas bahwa jika sesama wanita menikah, tidak akan bisa menghasilkan keturunan.
Kalau mereka mengatakan itu adalah hak asasi mereka? Gimana?
Tuh kan ujung-ujungnya memakai dalil kebebasan berperilaku. Hak Asasi Manusia (HAM) dibawa-bawa. Itulah bahayanya HAM, aturan buatan manusia. Main tabrak saja meskipun sudah menyalahi kodrat penciptaan manusia dari Tuhan.
Iya sih.
Saya teruskan sajalah. Maksa ya? Hehe. Naluri wanita yang ketiga adalah naluri mempertahankan diri. Wanita juga punya ego pribadi, seperti layaknya pria. Wanita bisa terluka jika disakiti, bisa sedih, bisa senang, dan yang lain. Selain itu, wanita juga punya daya tahan untuk menghadapi masalah, atau membela diri ketika didholimi. Itu tadi naluri yang dimiliki seorang wanita.
Oke, saya paham.
Nah, selain naluri atau insting, wanita juga memiliki potensi kehidupan yang lain, yaitu kebutuhan jasmani.
Oh, seperti makan, minum, buang hajat dan lain-lain itu saja.
Yap, tepat. Semua orang pasti sudah paham soal ini. hanya saja, saya ingin mengingatkan tentang asal dan penyaluran kedua potensi kehidupan manusia itu.
Antara naluri dan kebutuhan jasmani?
Ya. Naluri itu dorongan atau motivasinya dari luar tubuh manusia dan jika tidak dipenuhi tidak akan sampai menyebabkan kematian. Sedangkan kebutuhan jasmani, munculnya dari dalam tubuh manusia itu dan harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi kebutuhan jasmaninya, manusia bisa mati.
Hmm..
Kenapa hmm? Ini penting untuk dipahami! Kalau tidak, bisa fatal akibatnya. Ada tokoh Barat bernama Sigmund Freud. Dia menyatakan bahwa naluri seks yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kematian. Dia menyatakan bahwa manusia menjalankan aktivitas dengan motivasi ‘libido’. Akibat adanya propaganda ini manusia, baik pria maupun wanita bertingkah laku sebebas-bebasnya karena batasannya : asalkan tidak merugikan orang lain. Parah kan?! Jadi yang namanya zina, kumpul kebo, free sex ataupun ganti-ganti pasangan baik berlainan jenis maupun yang sejenis dianggap sebagai hal yang lumrah.
Wah, fatal banget ya!
(BERSAMBUNG)