Coretan Mantan Staf (ODOP-76)
Menurut Anda, gambar apakah ini?
Walaaa!! Masih penasaran dengan gambar diatas? Yupp, sementara masih ada dua jawaban gambar diatas. Pertama, gambar seorang wanita tua dengan hidung yang sangat besar (seperti nenek sihir di film-film). Kedua, gambar seorang wanita cantik sedang menoleh ke arah kanan. Lalu mana yang benar? Kita belum bisa memutuskan dan memastikan. Namun, standar baik dan buruk itu sebenarnya sudah ada. Dan inilah yang disebut sudut pandang.
Ketika terjadi kecelakaan mobil di jalan, misalkan. Akan ada banyak argumentasi yang muncul karena memang ada banyak sudut pandang dalam menilai kecelakaan yang terjadi. Ada yang berpendapat kecelakaan itu terjadi karena kesalahan pengemudi (entah karena ngantuk, kurang bisa nyetir, mabuk, atau yang lain). Ada pendapat lain bahwa kecelakaan itu terjadi karena faktor jalan yang licin karena baru saja diguyur hujan seharian. Kedua sudut pandang tersebut bisa jadi sama-sama benar, atau hanya salah satu yang benar. Syaratnya, harus ada olah TKP dan penyidikan lebih lanjut agar kesimpulan yang dihasilkan sahih.
Contoh lain, ada seorang perempuan berbusana minim bahan alias buka-bukaan. Di jaman kebebasan berperilaku saat ini akan banyak argumentasi muncul menanggapi soal ini. Ada yang bilang sah-sah saja dan baik selama tidak mengganggu orang lain, ada yang menganggapnya tabu dan tidak sesuai dengan adab kesopanan, ada juga yang tegas menilainya sebagai keburukan karena telah membuka aurat di depan publik.
Sudut pandang seseorang terhadap sesuatu kurang lebih akan menghasilkan dua penilaian, yaitu baik dan buruk. Jika dikembalikan kepada syariat Islam, standar baik dan buruk telah jelas dan tidak secara ceroboh/seenaknya dikembalikan kepada masing-masing individu. Baik (khair) adalah jika sesuatu/perbuatan itu sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh syariat (diridhai Allah ta’ala). Sedangkan buruk (syar) adalah jika sesuatu/perbuatan itu tidak sesuai dengan apa yang dinashkan oleh syariat (tidak diridhai Allah ta’ala). Maka untuk tahu mana yang diridhai/tidak oleh Allah ta’ala ya memang harus tahu ilmunya. Maklumat-maklumat yang kita dapatkan dengan benar dari hukum syariat itulah nantinya yang akan memudahkan kita memutuskan pilihan, berbuat atau tidak. Jadi standarnya jelas, tegas dan tidak berubah-ubah sesuai waktu dan tempat.
Maka berhati-hatilah menggunakan sudut pandang itu. Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Saya pun masih harus terus belajar, introspeksi diri, memperbaiki diri, lebih berhati-hati. Karena jika salah menilai, salah menempatkan sudut pandang, bisa-bisa kita menyakiti bahkan mendzolimi orang lain. Wallahu a’lam bisshawab.[]
-Emma-